Menikah...
Sepertinya semua orang ingin menikah, tapi banyak yang ragu untuk melangkah menuju sebuah pelaminan yang indah dengan asesoris yang serba wah... Ciyuuss..miapah..
Awalnya saya juga merasakan beban mental yang berat ketika akan melangkah menuju sebuah pernikahan. Tapi dengan niat serta tekad yang bulat untuk sebuah perubahan, maka saya menikah. Diawali dengan proses khitbah ke tempat calon istri dan berhadapan dengan calon mertua dengan diantar oleh saudara saya. Maka melalui perantaraan orang yang yang dituakan dari pihak saya sebagai juru bicara untuk menyatakan maksud kedatangan ke tempat khitbah, ternyata semuanya berjalan lancar bak air jernih yang mengalir di sungai yang tenang dengan ikan-ikan mungil yang melompat kesana-kemari. Sampai hari pernikahan serta urusan surat menyurat juga dirembug-kan. Alhamdulillah, semuanya berjalan lancar jaya wussss...wussss...wusss...
Kemudian ketika sampai di hari pernikahan, semuanya juga berjalan lancar jaya. Satu hal yang sangat membuat saya terharu. Jauh hari bahkan jauh tahun sebelum menikah, saya punya angan-angan untuk melaksanakan ijab qabul dengan menggunakan bahasa Arab.. Al-Lughah Al-'Arabiyyah bro... yang tidak disangka ketika adik bungsu saya yang sudah terlebih dahulu menikah mengusulkan menggunakan bahasa Arab dan pak penghulu juga menawarkan, saya langsung meng-Iya-kan...
"Qabiltu nikaahahaa bilmahril madzkuur haalan"
"Sah..." "Sah..." "Sah..." "Sah.." "Sah.." hadirin seantero ruang masjid mengucapkan kata yang sama dan yang paling lantang membunyikan adalah adik bungsu saya... Padahal dia bukan saksi -jitak-.
"Alhamdulillaah..." Oke..kita skip cerita di pelaminan, kita akan langsung menuju manfaat menikah yang saya rasakan.
Kilas balik dulu ya... Ketika saya masih kuliah di New York... New Yorkarto maksudnya... Beberapa teman sudah mengambil langkah berani untuk menikah dengan pilihannya masing-masing. Perubahan yang sering saya lihat dari mereka adalah meningkatnya bobot tubuh serta bertambahnya ukuran pinggang celana dan...
ITUPUN SAYA RASAKAN SODARA-SODARA... Bobot saya naik 7 kilogram dari 48 Kg ke 55 Kg, pinggang celana tambah dua ukuran dari 27 jadi 29 Inches. Saya memecahkan rekor untuk diri saya sendiri.
Trus... apa hubungannya sama PADI SEKARUNG..??? Nahh..ini inti cerita saya... Seiring meningkatnya berat tubuh maka akan diiringi oleh bertambahnya massa otot, maka kerja tulang sebagai penyangga tubuh akan semakin ringan dengan dibantu oleh otot. Otomatis segala beban yang kita angkat akan menjadi lebih ringan dibanding sebelum naiknya massa otot.
Maka, ketika masa panen padi di kampung saya -istri saya boyong ke kampung-, ketika selesai membungkus padi menjadi satu karung, maka padi harus dibawa ke pinggir jalan untuk diambil oleh orang yang akan membeli atau ada juga yang dibawa ke rumah untuk persediaan beras. Disinilah keheranan saya muncul, ketika memikul sekarung padi yang biasanya bikin saya ngos-ngosan, ternyata yang terjadi malah sebaliknya.. Langkah kaki menjadi lebih panjang, beban padi sekarung pun menjadi lebih ringan... Wooowww... Saya surprise dan bersyukur... Inilah salah satu nikmat menikah...